Ada sepasang suami istri yang tinggal didesa dan hidup sangat sederhana. Sehari-hari pekerjaannya membuat gula merah. Setelah terkumpul gula seberat 1 kg suaminya membawa gula itu ke kota untuk ditukar dengan kebutuhan hidupnya, seperti beras, lauk dan keperluan lainnya.
Bertahun-tahun rutinitas itu dijalani dengan penuh kesabaran…
Hingga pada suatu hari, toko dimana ia berlangganan menjual gula merasa curiga. Si pemilik toko merasa kalau gula yang diterimanya kurang dari satu kilogram. Dan selama ini memang tidak selalu menimbang gulanya saat menerima dari penjualnya. Di awal-awal perkenalannya memang ditimbang, tapi setelah sekian lama berlangganan, merasa sudah percaya karena sudah bertahun-tahun langganan gula buatannya.
Atas kecurigaan itu, setelah penjual gula pulang, pemilik toko mengecek dan menimbang gula yang diterimanya dan benar ternyata kurang dari 1 kg. Ternyata gula yang diterima hanya seberat 900 gram. Ia merasa kecewa dan marah. Ia merasa dibohongi selama bertahun-tahun oleh penjual gula.
Pemilik toko akhirnya mendatangi rumah petani gula, bermaksud ingin komplain dan melampiaskan kekesalannya. Setelah bertemu iapun memarahinya dan minta pertanggungjawaban atas kebohongannya itu.
Tapi dengan tenang petani gula menjawab begini, “Pak, bagaimana saya berbohong, saya orang miskin, timbangan saya tidak punya, satu-satunya cara untuk menimbang adalah dengan menggunakan beras yang saya beli dari bapak yang seberat 1 kilogram yang saya jadikan alat pembanding beratnya. Kalau seimbang dengan beras yang satu kilogram dari bapak saya anggap sama dan beratnya benar 1 kilogram.”
Orang kaya pemilik toko tertegun dan tersadar, bahwa ternyata kesalahan petani gula adalah dari kesalahan dirinya yang mengurangi timbangan berasnya, kurang dari 1 kilogram….
Semoga bermanfaat…..